Rabu, 06 Juni 2012

Andragogi

Andragogi adalah seni atau ilmu untuk mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari peserta didik bukan kegiatan mengajar dosen. Tokoh yang dikenal sebagai bapak Andragogi adalah Malcolm Knowles. Beliau terkenal dengan teori andragoginya walaupun beliau bukanlah orang yang pertama kali menggunakan istilah tersebut. 

Knowles mengembangkan andragogi atas empat asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi, yaitu :
      1. Asumsi Pertama : Konsep Diri
Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa membutuhkan kebebasan yang lebih bersifat pengarahan diri. Seseorang tumbuh dan matang konsep dirinya bergerak dari ketergantungan total menuju ke arah pengarahan diri sendiri. Secara singkat juga dapat dikatakan pada anak-anak konsep dirinya masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian konsep dirinya inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri. Apabila dia menghadapi situasi dimana dia tidak memungkinkan dirinya menjadi self directing maka akan timbul reaksi tidak senang atau menolak.
      
2. Asumsi Kedua : Peranan Pengalaman
Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman. Sebagaimana individu tumbuh matang akan mengumpulkan sejumlah besar pengalaman dimana hal ini menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada waktu yang sama memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh karena itu, dalam teknologi andragogi terjadi penurunan penggunaan teknik transmital seperti yang dipakai dalam pendidikan tradisional dan lebih-lebih mengembangkan teknik pengalaman (experimental-technique). Maka penggunaan teknik diskusi, kerja laboratory, simulasi, pengalaman lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai.
      
3. Asumsi Ketiga : Kesiapan Belajar
Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan. Pendidikan itu secara langsung atau tidak langsung, secara implisit atau eksplisit, pasti memainkan peranan besar dalam mempersiapkan anak dan orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masyarakat. Karena itu, sekolah dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk melakukan proses integrasi maupun disintegrasi social si tengah masyarakat. Sejalan dengan itu, kita berasumsi bahwa setiap individu menjadi matang, maka kesiapan untuk belajar kurang ditentukan oleh paksaan akademik dan perkembangan biologisnya, tetapi lebih ditentukan oleh tuntutan-tuntutan tugas perkembangan untuk melakukan peranan sosialnya. Dengan kata lain, orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan  tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi peranannya apakah sebagai pekerja, orang tua, pimpinan suatu organisasi, dan lain-lain. Kesiapan belajar mereka bukan semata-mata karena paksaan akademik, tetapi karena kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran sosialnya.
      
4. Asumsi Keempat : Orientasi waktu
Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar, orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannnya berpusat pada subjek. Anak-anak sudah dikondisikan untuk memiliki orientasi belajar yang berpusat pada mata pelajaran (subject centered orientation) karena belajar bagi anak seolah-olah merupakan keharusan yang dipaksakan dari luar. Sedang orang dewasa berkecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan masalah kehidupan (problem-centered orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi masalah hidupnya.

Ada beberapa prinsip belajar orang dewasa. Orang dewasa belajar dengan baik apabila :
1. Secara penuh ambil bagian dalam kegiatan belajar
2. Menarik dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
3. Bermanfaat dan praktis
4. Perlu dorongan semangat dan pengalaman yang terus menerus
5. Mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh
6. Proses belajarnya dipengaruhi oleh pengalaman dan daya fikir
7. Dalam prosesnya saling pengertian

0 komentar:

Posting Komentar